Di masyarakat kita, masih banyak praktik perawatan luka yang dipengaruhi oleh budaya atau kebiasaan turun-temurun. Sayangnya, tidak semua praktik tersebut aman secara medis. Bahkan, beberapa di antaranya justru bisa memperparah luka dan memperlambat proses penyembuhan. Berikut adalah tujuh faktor budaya yang keliru dalam perawatan luka mandiri yang penting untuk diketahui dan dihindari:
1. Mengoleskan bahan tradisional tanpa dasar medis
Beberapa orang masih percaya bahwa bahan-bahan seperti kopi bubuk, pasta gigi, getah tanaman, bawang merah, atau bahkan minyak tanah bisa menyembuhkan luka. Padahal, bahan-bahan ini tidak memiliki dasar ilmiah untuk digunakan sebagai obat luka. Sebaliknya, penggunaannya bisa menyebabkan iritasi, infeksi, bahkan memperparah kondisi luka.
2. Membiarkan luka “terbuka supaya cepat kering”
Ada anggapan bahwa membiarkan luka terbuka akan membuatnya cepat sembuh. Faktanya, luka membutuhkan kelembaban yang seimbang untuk menyembuh dengan baik. Luka yang terlalu kering justru bisa memperlambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
3. Tidak mau kontrol ke tenaga medis
Sering kali luka dianggap sepele dan dibiarkan tanpa perawatan medis. Padahal, terutama pada penderita diabetes, luka kecil pun bisa menjadi kronis dan berbahaya jika tidak ditangani secara profesional.
4. Takut atau pantang melihat darah dan luka
Dalam beberapa budaya, melihat darah dianggap membawa sial atau tabu. Hal ini bisa membuat seseorang enggan merawat lukanya sendiri atau bahkan menolak dibantu orang lain. Akibatnya, luka menjadi tidak terawat dengan baik.
5. Percaya mitos bahwa “kalau luka dibersihkan sering, nanti luka makin besar”
Membersihkan luka secara rutin adalah hal yang penting untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan. Mitos bahwa membersihkan luka bisa membuatnya membesar adalah tidak benar dan berbahaya jika dipercaya.
6. Menghindari makanan tertentu karena dianggap bikin luka lama sembuh
Sebagian orang menghindari makanan seperti ikan, telur, atau ayam karena dianggap ‘panas’ atau menyebabkan gatal. Padahal, makanan bergizi tinggi justru sangat dibutuhkan tubuh untuk mempercepat proses regenerasi jaringan luka.
7. Memakai perban atau kain yang tidak steril dari rumah
Penggunaan kain bekas atau perban yang tidak steril masih sering terjadi. Ini sangat berisiko karena bisa membawa kuman masuk ke dalam luka dan memicu infeksi serius.
Faktor-faktor budaya ini bisa diatasi dengan edukasi yang baik dan pendekatan yang menghargai nilai budaya pasien, sambil tetap menyampaikan informasi medis yang benar. Perawatan luka yang tepat tidak hanya mempercepat kesembuhan, tetapi juga mencegah komplikasi serius.
Butuh bantuan merawat luka atau konsultasi langsung?
Tenaga medis profesional RUMAT siap membantu Anda dengan pendekatan yang aman, modern, dan menghargai nilai budaya Anda.
Klik di sini untuk konsultasi langsung GRATIS